Menutup hati dari cinta-cinta yang silih berganti datang dan pergi adalah hal yang mudah dan biasa.
Yang tidak mudah adalah bagaimana membuat yang sudah tertanam di hati pergi dan berganti dengan yang selayaknya tinggal menempati.
Ada wanita yang sulit jatuh cinta. Namun ketika ia jatuh cinta, yang dicintainya akan menetap lama bahkan selamanya di dalam ruang terdalam yang tak akan mudah digantikan.
Aku pernah gagal dan terperangkap dalam cinta. Kegagalan itulah yang membuatku trauma dan berhasil menutup hati dari cinta-cinta sementara yang hanya menawarkan kepalsuan.
Namun, setelah 7 tahun berlalu, pintu yang tertutup rapat tanpa celah, sedikit demi sedikit mulai terbuka.
Tidak ada yang istimewa dari pertemuan aku dan dia malam itu. Hanya angin, gerimis-gerimis kecil yang menjadi saksi pertemuan itu. Di bawah langit hitam yang tak berbintang kami berkenalan.
Dan pertemuan itu berakhir tatkala waktu kami telah habis dan mengharuskan kami kembali pada kehidupan masing-masing kita.
Namun Tuhan maha baik. Tak berhenti sampai di malam itu, Dia mempertemukan kami lagi meski dalam dunia yang berbeda.
Baca juga: Mengembalikan Waktu
Waktu membuat kami semakin dekat. Semakin membuat kami saling mengenal satu sama lain.
Saling menunjukkkan bahwa inilah hidupku, dan inilah hidupnya.
Bahkan aku, adakalanya seperti lupa menutupi dosa diri dan benar-benar menunjukkan siapa aku sebenarnya. Kadang kala, aku hilang kendali untuk sebuah tingkah yang akhirnya menjadi sebuah tawa.
Bersamanya, seperti tidak ada cerita yang harus dirahasiakan.
Semakin mendengarnya dan melihat beberapa kehidupan nyatanya, aku mulai menyadari bahwa seperti dialah laki-laki yang kucari selama ini.
Namun saat itu pula aku sadar bahwa mungkin bukan seperti akulah wanita yang dia harapkan.
Waktu berlalu seperti yang seharusnya. Kami masih berteman. Dan mungkin akan selalu menjadi teman.
Aku berusaha membodohi diriku sendiri dengan berpura-pura seolah aku tidak pernah jatuh hati padanya.
Berusaha seperti bukan dialah laki-laki yang aku inginkan untuk mengisi kekosongan hati ini.
Berusaha seperti tidak pernah ada sedikit pun harapan untuk memilikinya.
Aku tidak mau terjebak dalam cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Aku tidak mau jatuh cinta kepada seseorang yang mungkin tidak pernah mengharapkanku.
Aku tidak mau jatuh cinta lalu tak bisa melupakannya.
Tapi hari itu, keadaan mengubah segalanya
Dia mengatakan sesuatu yang sebenarnya adalah kata-kata yang selalu kutunggu.
Dia menyadarkanku bahwa memang di dalam hati yang paling dalam ada ruang yang dipenuhi impian dan angan tentangnya.
Dia membuat ketidakmungkinan itu menjadi mungkin. Dia membuat wanita bodoh itu sadar bahwa dia masih punya harapan menggapai masa depan bersama laki-laki itu.
Dia membuatku tak bisa mengelak dan menolak.
Keadaan benar-benar berubah.......
Yang tadinya hanya teman biasa kini mencoba menggapai hidup bersama.
Satu persatu harapan pun mulai kami tulis dalam catatan masing-masing.
Satu persatu mimpi mulai kami rangkai sedemikian indah.
Aku berharap ini dan dia berharap itu.
Harapan kami menjadi satu.
Berharap kelak bisa menjadi sebuah cerita yang sempurna ketika kami sudah mengapai masa depan bersama.
Tapi ternyata waktu berlalu tak seindah yang kita mau.
Malam itu, seperti ada badai dan angin kencang yang dengan sekejap mata menghancurkan mimpi dan semua harapan itu.
Aku hancur, bahkan lebih dari berkeping-keping.
Ingin marah, berteriak sekuat tenaga.
Mengapa harus secepat ini?
Mengapa harus berakhir saat satu dari semua rencana indah itu belum kita mulai?
Mengapa harus berakhir saat rindu yang tengah memuncak itu belum dibalas temu?
Ya, kita belum merasakan indahnya sebuah temu.
Kita belum merasakan setiap detik kebersamaan yang kita damba-dambakan dulu.
Kita belum mengubah mimpi dan harapan itu menjadi sebuah kenyataan
Aku mengalah..........
Mungkin memang benar waktu tak berpihak pada kita.
Dan tentang semua tanya, mungkin suatu hari nanti akan kudapatkan jawabannya.
Keadaan kembali berubah.
Waktu seperti terhenti dan entah kapan akan berputar kembali.
Kami ada di kehidupan yang baru lagi
Di mana cerita sudah berakhir sebelum kami memulainya
Jakarta, 15 Oktober 2016
Sakit yah berakhir sebelum dimulai
ReplyDeleteNyesek. Bukan sakit lagi, Kak. HAhah
Delete