"Jika sepatu kaca ini pecah, maka persahabatan kita akan pecah juga"
Waktu benar-benar berlalu begitu cepat
Surat itu, ternyata sudah ditulis 8 tahun yang lalu
Kau ingat sebuah "pajangan" sepatu kaca yang kau beri untukku?
Iya, di hari itu
7 hari 8 tahun yang lalu, saat ulang tahunku.
Eh, bukan. Itu bukan kaca. Hanya seperti kristal mungkin
Tapi kita biasa menyebutnya sepatu kaca, kan?
Aku masih menyimpannya
Lengkap bersama dus dan surat yang kautulis untukku
Tenang, tidak ada bagian yang tergores apalagi pecah
Suratnya juga masih utuh
Tak ada bagian yang robek
Tulisanmu masih bisa kubaca dengan jelas
Hanya saja, kertasnya sudah mulai menguning
Aku masih menyimpan keduanya
Lengkap bersama memori ingatan bahwa ada ikatan antara kita dan sepatu kaca itu
Apa kauingat, kan?
Jika kaulupa, biar kuingatkan sekarang
Dalam suratmu itu, aku harus menjaga kedua sepatu kacanya
Jika salah satunya pecah, maka pecah juga persahabatan kita
Sekarang kau ingat itu kan?
Kadang aku ingin tertawa setiap mengingatnya
Bukankah ini terlalu berlebihan?
Menghubung-hubungkan sepatu kaca dengan persahabatan kita?
Iya-iya, aku tau, itu tak perlu diseriuskan
Iya-iya, aku tau, itu tak perlu diseriuskan
Tapi tetap, aku akan menjaganya
Demi sebuah kenangan hadiah darimu
Dear sahabat,
Apa kauingat, beberapa bulan setelah hadiah itu kauberikan, hubungan kita merenggang?
Kau lebih sering bersama mereka
Aku? Cukup memandangmu dari jauh
Tapi tak masalah
Kita masih berteman
Masih menyapa kala papasan di lorong sekolah
Dear sahabat,
8 tahun sudah berlalu
Perpisahan sekolah kita juga sudah 5 tahun yang lalu
Kau harus tau, surat dan sepatu kaca darimu masih kusimpan rapi
Seperti yang kuceritakan tadi
Tapi bagaimana dengan kita?
Terakhir aku melihatmu 4 tahun yang lalu
Setelah itu, kita tak pernah lagi bertemu
Aku juga tak bisa menghubungimu
Terakhir kutanya semua temanmu, tapi dia juga tak tau tentangmu
Dear sahabat,
Entah siapa yang salah
Entah siapa yang menjauh
Entah siapa yang melanggar amanah bahwa silaturahim harus tetap dijaga
Yang pasti, sedikit pun aku tidak bisa menemukan jejakmu sekarang
Apalagi mendengar kabar baikmu
Dear sahabat,
Aku merindukanmu
Lengkap bersama canda, tawa dan semua cerita tentang kita
Kau tak perlu khawatir
Kecewaku sudah kubuang jauh
Tak pernah ada rasa sedih apalagi benci
Yang ada hanya sebuah pinta untuk pertemuan kita yang selalu kupanjatkan padaNya
Dimana pun kamu
Semoga lindunganNya selalu menyertaimu
Salam rindu dariku yang mungkin hanya mantan sahabatmu
Aku merindukanmu
Sudirman, 17 November 2016
wah keren nih berkeluh kesahnya. saya paling enggak bisa nulis dalam format prosa kayak begini.
ReplyDeleteoh iya kalau kebetulan lagi cari tips fotografi mampir juga dong ke blog saya di
gariswarnafoto[dot]com
yuk mariii hehehe
Terima kasih :)
Deletesemoga dia membacanya ya :) atau semoga segera dipertemukan. aku pernah kayak gini juga dket terus ngilang tapi aku yaki dia cuma lagi sibuk aja
ReplyDeleteIya. Amiin. Un..
Deletemungkin dia sibuk. Tapi sedih juga gak mendengar kabar sedikitpun tentangnya. Hahha
Semoga ketemu dengan sahabatmu itu ya mbak :) kalian punya cerita yang manis
ReplyDeleteHehhee, aamiin.
DeleteTerima kasih, Mbak