Keterlaluan banget emang! Sebenarnya postingan ini udah di draft bulan Ramadan tahun 2016, tapi karena satu dan beberapa hal lainnya, postingan ini ditinggalin gitu aja dan baru dilanjut dan di-publish sekarang. Huh....
Tapi gak apa kan, ya? Yang penting belum basi! *eaaaa....
Semua berawal dari teman yang ngajak main. Awalnya, tempat yang menjadi tujuan kami adalah Masjid Kuba Mas yang berada di depok. Percakapan sekian menit di BBm gak dibales, akhirnya aku ketiduran dan baru bangun 1,5 am kemudian.
Melihat waktu yang semakin sore, akhirnya aku mikir ulang kalau masjid Kuba Mas. Kenapa? Karena di sana pasti ramai persiapan buka puasa. And then, akhirnya temanku memberikan opsi untuk ke taman Dora sana. tapi letakknya di Cibinong, Bogor. Beuhhh.. jauh chin.. bisa-bisa pas magrib baru sampai di sana, itu juga kalau gak macet. Kalau macet? Dah, aku jadi makin kangen sama kamu deh.... Dan kami kembali mendiskusikan mau ngebolang kemana sore ini? sampai akhirnya, ajakan pergi ke Taman Mini Indonesia Indah terlontar dari mulutku. Dan endingnya jadi dong. Sabtu sore, 1 jam setengah sebelum buka puasa, alias jam 4:30 sore kami memutuskan untuk ke TMII.
Terletak di Jakarta bagian Utara, perjalanan dari rumah ke TMII gak terlalu jauh. Apalagi kami menggunakan motor. Perjalanan kurang lebih sekitar 15 menit tanpa macet.
Untuk masuk ke dalam kawasan TMII, tentunya kami harus beli tiket masuk.Biaya tiket yang kami beli Rp. 10.000 /orang + Rp. 6.000 untuk bayar kendaraan bermotor. Totalnya, kami membayar Rp. 26.000,- Murahlah, ya. Bayanganku, masuk TMII ini sekitar 20 ribu ke atas, tapi ternyata kusalah. Hihi....
Tiba di tempat tujuan, kami kembali berdiskusi tempat apa yang mau dikunjungi. Ya lo tau kan, Taman Mini Indonesia Indah gak se-mini, namanya. Meskipun namanya Taman Mini, tempat wisata ini terbilang cukup luas, bahkan sangat. Kalau berkunjung ke sini tanpa membawa kendaraan, bisa dipastikan bisa kecapean. Taman Mini Indonesia Indah ini terdiri dari anjungan-anjungan atau rumah adat yang ada diseluruh indonesia. Ada juga tempat rekreasi seperti kolam renang, danau jembatan gantung, dan banyak lainnya.
Gak mau membuang waktu karena kelamaan mikir, temanku langsung melajukan motornya menuju sebuah taman yg sebelumnya belum pernah aku kunjungi. Dari depan, terlihat lampion-lampion merah dan bangunannya seperti bangunan cina. Pas kulihat gapuranya, ternyata ada sebuah ukiran yang bertuliskan Taman Budaya Tionghoa Indonesia. Kesan pertama yang aku lihat dari tempat ini adalah biasa aja. *sok iye banget, yak!!!!* Cuma gapura berubin putih yang berdiri kokoh serta halaman yang cukup terlihat luas. Tapi pas masuk ke dalam, aku baru sadar kalau ternyata tempat ini begitu indah~ Suasananya di sini kebetulan sepi. Mungkin karena abis ujan dan bulan ramadan. Tapi itu salah satu nikmat yang sangat aku syukuri. Gak mau membuang-buang waktu, kami mulai menjajaki setiap tempat yang ada di Taman Budaya Tionghoa Indonesia. Yuk, intip gimana kerennya tempat ini!
Ada Monumen Garuda Pancasila
Masuk agak ke dalam, lalu menuruni anak tangga, di tengah-tengah, ada Monumen Garuda Pancasila yang berdiri kokoh. Monumen ini diresmikan pada saat hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2013 oleh Sri Sultan Hamengku Buwomo X.
Di bagian kanan monumen ini, ada sebuah bangunan wisma dengan tampilan khas cina yang warna merah-merah. Aku gak masuk ke sana karena sepertinya lagi ada pembangunan.
Melimpir ke bagian kiri dari Monumen Pancasila, ada sebuah jembatan yang keliatan instagramable banget. Dari jauh, terlihat juga sebuah danau yang membuat tempat ini jadi makin romantis dan cocok banget buat lokasi After Wedding (karena pre-wedding itu udah terlalu mainstream)
Iya,bener, namanya Jembatan Kasih Sayang. Itu tertulis disebuah batu samping jembatan itu. Pantes ini jembatan keliatan romantis-romantis gimana gitu. Ya, namanya aja jembatan kasih sayang. Mungkin dibuatnya dengan penuh sayang, jadi kerasa aroma sayangnya. *ehgimana...
Kalau foto di atas, ini lokasinya ketika udah menyebrangi jembatan.
Setelah menyebrangi jembatan kasih sayang, ternyata pemandangannya masih gak kalah romantis. Ada sebuah pendopo di pinggir danau yang ditemani pohon-pohon kamboja yang sedang berbunga.
Di sebelah kiri pendopo, ada sebuah Monumen Legenda Dewi Bulan dan tempat beristirahat kalau-kalau kita lelah atau sekedar ingin menikmati sore di pinggir danau.
Ohiya, setelah menyebrangi jembatan kasih sayang, ternyata tempat ini buntu alias gak ada tembusan jalan lagi. Jadi, untuk menikmati tempat lain, kita harus kembali melewati jembatan tadi.
Tempat keren lainnya yang bisa kita kunjungi adalah Monumen pada gambar di bawah ini. Maap, aku gak tau namanya apa. Dan di batu-batu itu tulisannya pake bahasa cina, jadi hayati gak ngerti HUahaha... Yang, pasti monumen ini masih instagramable!
Melanjutkan perjalanan, kita akan bertemu dengan Monumen atau Patung Khong Hu Cu berserta tulisan Cinanya. Patung ini berdiri kokoh di antara tanah lapang. Kayanya sih tanah kosong itu sedang dalam proses pembangunan juga.
Puas berfoto-foto di patung Khong Hu Cu tadi, kami sedikit balik arah lalu melimpir ke jalan kiri lalu ke kanan. Kemudian kami bertemu Taman Dua Belas Shio
Seru lho, main-main di sini. Ada patung yang menyerupai hewan-hewan yang ada dalam shio. Apa sih, Shio? Sebuah zodiak Tionghoa yang aku yakin kamu-kamu sekalian juga tau. Shio biasanya menggunakan hewan untuk melambangkan tahun, bulan, dan waktu dalam astrologi Tionghoa. Pada dasarnya, hewan-hewan ini diambil melambangkan dua belas cabang bumi yang kemudian digabung bersama lima unsur membentuk 1 periode 60 tahun. Gitu kata, Mba Google.
Biasanya nih, kita bakal nanya, "Kalau lahirnya tahun sekian, lambang hewan zodiaknya apa, ya?" Setelah tau nama hewannya, kita akan tau karakter atau semacam "ramalannya."
Memasuki taman ini, ada berbagai macam patung hewan. Lalu dibawahnya tertulis tahun yang merupakan shio dari hewan tersebut. Nah, cari mencari, ternyata shio tahun kelahiranku, 1995 adalah babi. Lalu kami foto bersama. :D
Eh, itu muka babinya gak biasa banget, yak? Semacam kayak ngajak ribut gitu? Tapi, ahsudahlaaahhhh...
Dari Taman Dua Belas Shio, terlihat ada sebuah bangunan bertingkat dengan arsitektur cina yang aku juga gak tau namanya. Huhuhu... Pas datang, tempat ini dikunci. Aku intip dalamnya, terlihat hanya sebuah ruang kosong yang seingatku hanya dilengkapi bangku dan meja.
Dibagian luar atau halamannya, ada sebuah tumbuhan berwarna merah dan hijau yang mengelilingi batu dengan ukiran bahasa cina.
Eh, itu yang lagi duduk sendirian kayak jomblo banget, ya? Ah, iya, Emang jomblo, kan. Ah, udah gak usah dibahas. Hffffffff...
Hari semakin sore. Bangunan ini menjadi tempat terakhir yang kami kunjungi di Taman Budaya Tionghoa Indonesia. Waktu menunjukkan 10 menit menjelang maghrib. Kami bergegas meninggalkan tempat ini dan mencari foodcourd untuk berbuka puasa.
Jujur sih, padahal masih betah dan masih ingin menikmati semilir angin yang berhembus mesra. Tapi apa daya. Langit semakin sore. Tempat ini juga akan semakin gelap juga. Bahkan mungkin bisa berubah jadi horor. Hahahah....
Entah kenapa, aku merasa tempat ini begitu romantis saat dikunjungi. Mungkin karena nuansa alam yang terasa asli banget. Banyak pepohonan dan bunga-bunga yang tumbuh dengan teratur. Ditambah lagi suasana taman yang sepi dan udara yang dingin-dingin manja karena abis hujan. Juga karena arsitektur budaya cina yang menurutku memang unik dan indah dipandang.
Romantis menurutku, semoga menurut kamu juga.
Buat memastikan tempat ini benar romantis apa enggak, mungkin kita harus berkunjung ke sini berdua *eaaaa...............
serasa ada di negeri tirai bambu ya mbak nurri
ReplyDeleteserasa di klenteng, eh beneran klenteng ya
ReplyDeletecantiknya tempatnyaa
ReplyDelete