Sejahtera bersama bangsa, tak terasa, sudah 60 tahun sudah Astra Internasional Tbk menginspirasi semangat Terpadu untuk Indonesia Satu. Salah satu Inspirasi Astra yang patut diapresiasikan adalah terciptanya Kampung Berseri Astra yang merupakan program CSR Astra dalam membantu masyrakat Indonesia dalam bidang Pendidikan, Kesehatan, Kewirausahaan, dan Lingkungan.
Astra berharap, program Kampung Berseri Astra bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar sesuai prinsip Instalasi Astra. Masyrakat atau "penghuni" Kampung Berseri Astra bisa berkolaborasi dengan perusahaan untuk bersama-sama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup.
Salah satu wujud nyata dari program CSR Astra adalah terciptanya Ruang Publik Terpadu Ramah Anak atau yang biasa disebut dengan RPTRA . Sengaja diciptakan spesial untuk anak-anak, karena Astra sadar bahwa saat ini ruang bermain untuk anak-anak sudah sangat minim sehingga mempersempit aktivitas anak-anak untuk bermain. Makanya, Astra dengan senang hati membangun RPTRA di beberapa lokasi seperti di Jakarta.
Bukan hanya itu aja, Astra juga mengadakan Festival Permainan Tradisional Berseri dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (pada tanggal 23 Juli) , sekaligus Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal (17 Agustus) yang bertempat di RPTRA Ciganjur - Jakarta Selatan, pada hari Minggu, 27 Agustus 2017. Dalam Festival ini, Astra mengusung tema "Permainan Untuk Anak Negeri". Dan alhamdulillah, aku diberi kesempatan untuk menyaksikan secara langsung puncak acara dari Festival ini.
Meskipun tinggal di bagian Selatan Jakarta, sejujurnya aku masih awam dengan jalan-jalan daerah Selatan. Makanya, sempat bingung saat hendak berpergian menuju tempat acara. Tapi alhamdulillah, aku bisa sampai dengan selamat di RPTRA dengan berpedoman pada peta, meskipun terasa asing sekali ketika dalam perjalanan menuju RPTRA Ciganjur ini. Huahahaha...
Acara Festival Permainan Tradisional Berseri ini dimulai sejak pukul 7:00 pagi dengan berbagai perlombaan permainan tradisional. Tapi karena undangan suatu hal, aku baru datang pukul 13:00. Sempat nyesel juga sih, karena datang siang, jadi gak bisa menyaksikan keseruan-keseruan di pagi hari.
Acara siang itu diawali dengan pementasan dari anak-anak KBEA Ciganjur. Anak-anak ini memperkenalkan secara singkat bagaimana keseharian mereka ketika bermain permainan tradisional seperti Taplak gunung, lompat tali (karet), ular naga panjang, congklak, dan permainan tradisional lainnya. Waktu kecil, aku pernah tuh memainkan permainan yang mereka pentaskan. Rasanya tuh jadi kangen masa kecil gitu, ya? :D
Gak hanya itu aja sih, pementasan dilanjut dengan penampilan tarian tradisional jawa yang dibawakan oleh anak-anak. Meskipun mereka dari Kampung KABEA Jakarta (betawi), bukan berarti mereka gak bisa menari tradisional Jawa kan, ya? Hihihi....
Usai pemantasan tari, Acara dilanjut dengan sambutan dari manajemen Astra, Wakil Walikota Jakarta Selatan, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Seorang Pakar Hak Anak yang Memberikan seminar Parenting untuk tamu undangan terutama para orangtua di Kampung Berseri Astra.
Dalam salah satu sambutan, Pak Arifin, selaku Wakil Walikota Jakarta Selatan mengatakan turut bangga dan senang atas terselenggaranya Festival Permainan Tradisional ini. Beliau juga mengatakan bahwa permainan tradisional semacam ini memang harus kita kenalkan kepada anak-anak kita untuk membudayakan gotong royong sejak usia dini.
Peserta yang ikut dalam festival ini adalah anak-anak dari KBEA Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jadetabek) yang telah berhasil memenangkan perlombaan di daerah masing-masing sebelum akhirnya mengikuti final lomba di KBEA Ciganjur pada hari ini. Jadi, mereka bukan anak-anak sembarangan, lho. Hihihi
Nah, moment paling seru yang aku tunggu-tunggu dalam acara ini adalah ketika menyaksikan pertandingan final permainan tradisional dari pemenang antar KBEA Jadetabek.
Acara Festival Permainan Tradisional Berseri ini dimulai sejak pukul 7:00 pagi dengan berbagai perlombaan permainan tradisional. Tapi karena undangan suatu hal, aku baru datang pukul 13:00. Sempat nyesel juga sih, karena datang siang, jadi gak bisa menyaksikan keseruan-keseruan di pagi hari.
Acara siang itu diawali dengan pementasan dari anak-anak KBEA Ciganjur. Anak-anak ini memperkenalkan secara singkat bagaimana keseharian mereka ketika bermain permainan tradisional seperti Taplak gunung, lompat tali (karet), ular naga panjang, congklak, dan permainan tradisional lainnya. Waktu kecil, aku pernah tuh memainkan permainan yang mereka pentaskan. Rasanya tuh jadi kangen masa kecil gitu, ya? :D
Gak hanya itu aja sih, pementasan dilanjut dengan penampilan tarian tradisional jawa yang dibawakan oleh anak-anak. Meskipun mereka dari Kampung KABEA Jakarta (betawi), bukan berarti mereka gak bisa menari tradisional Jawa kan, ya? Hihihi....
Usai pemantasan tari, Acara dilanjut dengan sambutan dari manajemen Astra, Wakil Walikota Jakarta Selatan, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Seorang Pakar Hak Anak yang Memberikan seminar Parenting untuk tamu undangan terutama para orangtua di Kampung Berseri Astra.
Dalam salah satu sambutan, Pak Arifin, selaku Wakil Walikota Jakarta Selatan mengatakan turut bangga dan senang atas terselenggaranya Festival Permainan Tradisional ini. Beliau juga mengatakan bahwa permainan tradisional semacam ini memang harus kita kenalkan kepada anak-anak kita untuk membudayakan gotong royong sejak usia dini.
Peserta yang ikut dalam festival ini adalah anak-anak dari KBEA Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jadetabek) yang telah berhasil memenangkan perlombaan di daerah masing-masing sebelum akhirnya mengikuti final lomba di KBEA Ciganjur pada hari ini. Jadi, mereka bukan anak-anak sembarangan, lho. Hihihi
Nah, moment paling seru yang aku tunggu-tunggu dalam acara ini adalah ketika menyaksikan pertandingan final permainan tradisional dari pemenang antar KBEA Jadetabek.
Festival Permainan Tradisional anak ini meliputi permainan Egrang, Hadang/Gerobak Sodor, Terompah Panjang, Dagongan dan Lari Lari Balok. Tapi dalam acara puncak ini, ada 3 permainan yang difinalkan, yaitu Lari Balok, Egrang dan Dagongan. Permainan Lari Balok dan Egrang diikuti oleh satu orang perwakilan dari pemenang di KBEA-nya. Sedang permainan Dagongan dilombakan secara berkelompok antar KBEA.
Hayo diingat lagi, siapa diantara kalian yang memainkan permainan ini? alhamdulillah, ya. Aku pernah merasakannya, meskipun hanya beberapa permainan saja. Karena jujur sih, jaman aku kecil, permainan tradisional di kota-koa besar kurang diminati.
Kalau kita ingat kembali, kita pasti tau bahwa permainan-permainan ini bukanlah permaian biasa. Selain untuk bersenang-senang, permainan ini memiliki nilai-nilai sosialiasi yang sangat tinggi, seperti gotong royong dan kerjasama tim.
Lari Balok ini adalah permainan dengan adu kecepatan menempuh suatu jarak tertentu di atas empat buah balok kecil yang menyerupai batu bata. Setiap melangkah, pemain harus memindah-mindahkan balok tersebut dari belakang ke depan sebagai tempat pijakan mereka. Intinya, mereka harus menempuh suatu jarak dengan menginjak balok-balok tersebut sebagai alas hingga garis finish.
Melihat para peserta bermain Lari Balok, kayaknya seru banget lho. Mereka dengan gesit "berlari" di atas balok-balok yang dipindahkan dengan cepat. Kalau aku sih kayaknya bakal keliru deh mindahin balok-baloknya itu. Huahahah..
Egrang, meskipun belum tau pasti asal permainan ini dari mana, tapi permainan yang satu ini banyak diminati dan sering dimainkan anak-anak hingga orang dewasa dari berbagai daerah. Disetiap daerah, nama permainan ini juga berbeda-beda. Tapi kalau aku lebih tau dengan sebutan Egrang.
Bermain Egrang bukan hal yang mudah, karena butuh keterampilan dan keseimbangan tubuh saat menaiki bambunya. Jadi, jangan heran kalau banyak yang tidak bisa memainkan permainan ini, karena aku sendiri pun gak bisa bermain Egrang. Huh!
Kalau dilihat sih, cara bermain Egrang ini cukup mudah, Tinggal menaiki bambu yang sudah dilengkapi untuk pijakanya. lalu berjalan dengan menggunakan bambu tersebut sebagai "kaki". Ya, Kurang lebih begitu deh :D
Sempat agak ngilu melihat peserta final permainan Egrang ini. Pasalnya, ada yang sempat terjatuh dari atas Egrang dikarenakan kondisi lapangan yang agak licin. Tapi syukur alhamdulillah sih, anak yang jatuh itu masih baik-baik saja, dan bisa mendapatkan juara 1. Hehehhe, selamat ya, Dek!
Dagongan. Jika biasanya 17 Agustusan identik dengan Tarik Tambang, ternyata ada permainan dagongan yang mirip dengan tarik tambang ini. Eh, bukan tarik sih, tapi lebih tepatnya mendorong bambu hingga lawan di depan tidak bisa berkutik.
Jadi, ada sebuah bambu panjang yang sudah dilengkapi dengan 3 garis. Garis ditengah adalah garis batas tengah antara kelompok satu dengan kelompok lawan. Misalnya kelompok Merah dan Kuning. Ketika permainan dimulai, kelompok Merah atau Kuning harus mendorong bambu tersebut hingga garis bambu sudah melewati batas antar kelompok Merah dan Kuning. Jika kelompok Merah berhasil mendorong mengalahkan kelompok Kuning, maka kelompok Merah mendapatkan 1 skor. Setelah ada yang mendapat skor, kelompok harus berpindah tempat dan memulai sesi kedua. Permainan dilakukan sampai ada pemenangnya. Jika skor seimbang, maka dilakukan sesi berikutnya.
Jika ada perlombaan permainan Dagongan, tidak usah takut dicurangi oleh kelompok lawan, karena permaian ini biasanya mengutamakan berat badan yang sama atau seimbang dalam 1 kelompoknya. Jika panitia tidak mengukur berat badan antar kedua pemain, berarti permainan kurang mendapat keadilan dan permainan akan cenderung dimenangkan pada kelompok dengan berat badan yang besar-besar.
Jujur sih, dari 3 Permainan yang aku lihat ini, aku hanya tau permainan Egrang dan sangat awam dengan permainan Lari Balok dan Dagongan. Tau aja kurang, apalagi nyobain mainnya? Gak Pernah. Huh! Apa mungkin karena aku ini sudah terkena virus Milenial pecinta gadget sehingga tidak tau permainan tradisional ini? Huaaaaa............
Ah, iya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa canggihnya teknologi masa kini benar-benar mengubah dunia menjadi generasi menunduk (main gadget). Tidak hanya untuk orang dewasa, tapi anak-anak pun terkena akibatnya.
Permainan Tradisional yang seharusnya menjadi permainan seru untuk kalangan anak-anak pun banyak terlupakan. Fatalnya, bahkan banyak anak-anak yang sudah tidak lagi mengenali permainan tradisional ini. Kebanyakan dari mereka lebih memilih mengurung diri di kamar atau suatu tempat dan terfokus pada gadget atau smartphone. Hal ini juga menyebabkan beberapa anak menjadi kurang gerak sampai akhirnya muncul suatu penyakit.
Hayo diingat lagi, siapa diantara kalian yang memainkan permainan ini? alhamdulillah, ya. Aku pernah merasakannya, meskipun hanya beberapa permainan saja. Karena jujur sih, jaman aku kecil, permainan tradisional di kota-koa besar kurang diminati.
Kalau kita ingat kembali, kita pasti tau bahwa permainan-permainan ini bukanlah permaian biasa. Selain untuk bersenang-senang, permainan ini memiliki nilai-nilai sosialiasi yang sangat tinggi, seperti gotong royong dan kerjasama tim.
Eh, apa sih permainan Lari Balok, Egrang dan Dagongan itu? Yuk, simak ulasannya!
Lari Balok ini adalah permainan dengan adu kecepatan menempuh suatu jarak tertentu di atas empat buah balok kecil yang menyerupai batu bata. Setiap melangkah, pemain harus memindah-mindahkan balok tersebut dari belakang ke depan sebagai tempat pijakan mereka. Intinya, mereka harus menempuh suatu jarak dengan menginjak balok-balok tersebut sebagai alas hingga garis finish.
Melihat para peserta bermain Lari Balok, kayaknya seru banget lho. Mereka dengan gesit "berlari" di atas balok-balok yang dipindahkan dengan cepat. Kalau aku sih kayaknya bakal keliru deh mindahin balok-baloknya itu. Huahahah..
Egrang, meskipun belum tau pasti asal permainan ini dari mana, tapi permainan yang satu ini banyak diminati dan sering dimainkan anak-anak hingga orang dewasa dari berbagai daerah. Disetiap daerah, nama permainan ini juga berbeda-beda. Tapi kalau aku lebih tau dengan sebutan Egrang.
Bermain Egrang bukan hal yang mudah, karena butuh keterampilan dan keseimbangan tubuh saat menaiki bambunya. Jadi, jangan heran kalau banyak yang tidak bisa memainkan permainan ini, karena aku sendiri pun gak bisa bermain Egrang. Huh!
Kalau dilihat sih, cara bermain Egrang ini cukup mudah, Tinggal menaiki bambu yang sudah dilengkapi untuk pijakanya. lalu berjalan dengan menggunakan bambu tersebut sebagai "kaki". Ya, Kurang lebih begitu deh :D
Dagongan. Jika biasanya 17 Agustusan identik dengan Tarik Tambang, ternyata ada permainan dagongan yang mirip dengan tarik tambang ini. Eh, bukan tarik sih, tapi lebih tepatnya mendorong bambu hingga lawan di depan tidak bisa berkutik.
Jadi, ada sebuah bambu panjang yang sudah dilengkapi dengan 3 garis. Garis ditengah adalah garis batas tengah antara kelompok satu dengan kelompok lawan. Misalnya kelompok Merah dan Kuning. Ketika permainan dimulai, kelompok Merah atau Kuning harus mendorong bambu tersebut hingga garis bambu sudah melewati batas antar kelompok Merah dan Kuning. Jika kelompok Merah berhasil mendorong mengalahkan kelompok Kuning, maka kelompok Merah mendapatkan 1 skor. Setelah ada yang mendapat skor, kelompok harus berpindah tempat dan memulai sesi kedua. Permainan dilakukan sampai ada pemenangnya. Jika skor seimbang, maka dilakukan sesi berikutnya.
Jika ada perlombaan permainan Dagongan, tidak usah takut dicurangi oleh kelompok lawan, karena permaian ini biasanya mengutamakan berat badan yang sama atau seimbang dalam 1 kelompoknya. Jika panitia tidak mengukur berat badan antar kedua pemain, berarti permainan kurang mendapat keadilan dan permainan akan cenderung dimenangkan pada kelompok dengan berat badan yang besar-besar.
Jujur sih, dari 3 Permainan yang aku lihat ini, aku hanya tau permainan Egrang dan sangat awam dengan permainan Lari Balok dan Dagongan. Tau aja kurang, apalagi nyobain mainnya? Gak Pernah. Huh! Apa mungkin karena aku ini sudah terkena virus Milenial pecinta gadget sehingga tidak tau permainan tradisional ini? Huaaaaa............
Ah, iya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa canggihnya teknologi masa kini benar-benar mengubah dunia menjadi generasi menunduk (main gadget). Tidak hanya untuk orang dewasa, tapi anak-anak pun terkena akibatnya.
Permainan Tradisional yang seharusnya menjadi permainan seru untuk kalangan anak-anak pun banyak terlupakan. Fatalnya, bahkan banyak anak-anak yang sudah tidak lagi mengenali permainan tradisional ini. Kebanyakan dari mereka lebih memilih mengurung diri di kamar atau suatu tempat dan terfokus pada gadget atau smartphone. Hal ini juga menyebabkan beberapa anak menjadi kurang gerak sampai akhirnya muncul suatu penyakit.
Makanya, untuk itu Astra mengajak dan menyadarkan masyarakat, terkhusus Kampung Berseri Astra untuk "melek" dan kembali memperkenalkan Permainan Tradisional untuk membali dimainkan anak-anak. Karena Permainan Tradisional adalah permainan untuk anak negeri.
Gak hanya permainan tradisional aja, dalam festival ini, Astra juga mengadakan Lomba Seni Mural Astra yang diikuti oleh mahasiswa/i dari beberapa Universitas dan perguruan Tinggi. Karya seni dari mahasiswa/i ini juga dipamerkan di Festival Permainan Tradisional. Kita bisa melihat langsung Seni Mural yang di pamerkan, lho.
Dari Festival Permainan Tradisional ini, aku jadi semakin sadar bahwa kita memang perlu memperkenalkan kembali permainan tradisional sejak dini kepada anak-anak bangsa sebelum kecanggihan teknologi membuat mereka melupakan permainan khas tradisional bangsa Indonesia.
Apalagi, permainan tradisional mempunyai banyak manfaat, termasuk untuk melatih kebersamaan, kerjasama, gotong royong, kemampuan bersosialisasi dan juga kesehatan, karena gerakan-gerakan dalam permainan ini.
Harapanku nih, semoga Astra bisa juga berkomitmen untuk selalu membantu masyarakat Indonesia melalui program CSR-nya, termasuk dengan mengadakan Festival Permainan Tradisional setiap tahunnya, agar permainan tradisional tidak terlupakan, terkhususnya bagi anak-anak bangsa.
Dimulai dari kita juga, dan bersama Astra, yuk, kita ajak anak-anak untuk menjauhi gadget dan menikmati masa kecil mereka dengan permainan-permainan tradisional ^.^
Dari Festival Permainan Tradisional ini, aku jadi semakin sadar bahwa kita memang perlu memperkenalkan kembali permainan tradisional sejak dini kepada anak-anak bangsa sebelum kecanggihan teknologi membuat mereka melupakan permainan khas tradisional bangsa Indonesia.
Apalagi, permainan tradisional mempunyai banyak manfaat, termasuk untuk melatih kebersamaan, kerjasama, gotong royong, kemampuan bersosialisasi dan juga kesehatan, karena gerakan-gerakan dalam permainan ini.
Harapanku nih, semoga Astra bisa juga berkomitmen untuk selalu membantu masyarakat Indonesia melalui program CSR-nya, termasuk dengan mengadakan Festival Permainan Tradisional setiap tahunnya, agar permainan tradisional tidak terlupakan, terkhususnya bagi anak-anak bangsa.
Dimulai dari kita juga, dan bersama Astra, yuk, kita ajak anak-anak untuk menjauhi gadget dan menikmati masa kecil mereka dengan permainan-permainan tradisional ^.^
Ohiya, biar lebih greget, kamu bisa lihat dokumentasi singkat acara Festival Permainan Tradisional Berseri Astra di video ini, ya :*
No comments
Terima kasih atas kunjungannya.
Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya..
Tiada kesan tanpa komentar yang kau tinggalkan. ^,^