Karena satu dan hal lainnya, aku resmi pindahan dengan segala yang sebenarnya belum aku persiapkan. Tapi ya alhamdulillah semua berjalan dengan lancar walaupun modal nekat dan apa-apa yang terpaksa harus kupaksakan. Ya, walaupun demikian, aku sudah menjalani hidup sebagai "anak kost". Tapi Mohon jangan dicontoh ke-nekad-an ini.
Berawal dari drama nyari kost-an. Jiwa ribetku punya banyak kriteria. Ya, pokoknya mau yang begini, begitu, begono. Sebenarnya udah lumayan lama nyari kost-an di daerah Jakarta Selatan ini, tapi gak pernah nemu yang pas dari lokasi, budget, dan fasilitasnya. Sampai bosen gitu buka-buka situs online yang menjajakan kost-an di Jakarta.
Gak nemu di platfrom online, aku yakin banget pasti ada kost yang sesuai aku mau kalau mau nyari langsung. Tapi ya mesti survei ke lokasi. Tapi kan ya masih ada corona. Atut dong. Door-to-door nyari kostan terus ketemu orang kan ya juga takut gak sih? Ya, akhirnya tetep gak dapet kost-an. wkwk
Kamis siang menjelang malam takbir Idul Adha lalu (akhir bulan Juli 2020), aku iseng-iseng buka Google buat nyari kost-an lagi. Kali ini, bidikanku langsung berpusat di kawasan Mampang Prapatan. Tepatnya dekat Halte Busway Mampang.
Fyi, nih. Kawasan Mampang terkenal dengan daerah yang sangat strategis buat para pekerja. Lokasinya di Jakarta Selatan dan bisa dibilang "pertengahan kota". Dekat sekitar gedung perkantoran dan pemukiman penduduk. Mau ke pusat, timur, utara atau depok cukup mudah dijangkau. Dan yang terpenting, di sini banyak hunian yang disewakan untuk kost-kostan.
Harga kost di Mampang juga bervariatif. Mulai dari ratusan ribu hingga jutaan. Ya, ini tergantung kamar seperti apa yang kita mau. Dan konon katanya, kost di mampang ini nyaris selalu penuh, alias susah nyari kost kosong di mampang karena banyak peminatnya. Tapi karena Pandemi yang sedang terjadi, lumayan banyak kost yang akhirnya ditinggal.
Oke. Balik lagi soal pencarian kost di mampang
Setelah menuntukan lokasi, aku memanfaatkan fitur ‘telusur’ jalan yang ada di Google Maps. Namanya Google Street View Ya dari sini kita bisa menelusuri jalan seolah benar-benar di jalanan itu. Sambil klik-klik, aku memerhatikan tembok-tembok yang ada tulisan “Menerima Kost Putri”. Kalau ada nomor teleponnya, langsung aku hubungi.
Contoh Google Street View |
Dari beberapa kost yang aku telepon, ada satu yang fast respon. Mulai tanya-tanya, dikirim gambar dan diberitau harga. Nah, di kost-an ini aku merasa cocok. Sorenya langsung janjian buat survey lokasi. Setelah liat langsung, oke juga nih kost-nya. Lalu di jalan pulang sambil mikir iya/enggak. Pas Malamnya langsung deal dan payment buat 1 bulan kost. Iya, sesingkat itu proses mau ngekost, padahal belum mempersiapkan apapun. Wkwkwk.
Kenapa aku pilih kost khusus wanita? Ya tentu aja biar lebih privasi gitu. Supaya gak dipandang mau bebas juga. You know lah pikirannya nitijen +62. Ada celah dikit langsung dibully. Apalagi kalau kasusnya soal "kost-an". wkwkw
Harga kost di Mampang yang aku dapatkan ini Rp. 800.000 sebulan + Rp. 10.000 uang untuk kontribusi sampah. Itu udah semuanya, ya. Gak perlu mikirin bayar listrik atau air lagi. Aku langsung oke-in kost ini karena dari beberapa kost yang sempat aku liat harganya memang cukup tinggi. Aku juga udah males cari-cari lagi, apalagi harus datang untuk survei. Ya, aku merasa ini kost murah di mampang.
Secara dari lokasi pun aku udah cocok. Rumah Ibu kost bawah, dan kamar kost di atasnya. Jadi orang gak bebas lalu-lalang di area kost. Trus tersedia space buat nyuci + jemur, dan ruang geraknya juga cukup luas. Sinar Matahari juga bisa masuk ke dalam kamar karena aku pilih kamar yang paling pojok. Kondisi lingkungan kost juga bersih dan bangunannya standar. Gak baru, tapi gak terlihat 'tua'.
Ini point yang penting banget sih buat aku. Awal nyari kost-an, aku mau punya kamar yang bisa kena cahaya matahari. Biar gak terkesan gelap, sumpek, lembab, apalagi horor. Dan saat ingin bersantai, aku juga bisa buka pintu kamar. Kalau kost nya di pinggir jalan kan gak bisa gini.
Minus dari kost-an ini (menurutku) cuma gak ada dapur umumnya aja sih. Jadi gak bisa masak. Mengingat lokasinya yang benar-benar padat penduduk, alias kiri kanan mepet banget, jadi agak ngeri kalau ada dapur buat masak, katanya.
Kost-an aku gak jauh dari Pasar dan halte busway. Jadi, kalau mau kerja atau mau kemana-mana, aku tinggal jalan aja ke halte busway. Di sini juga dekat dengan masjid. Suara azan dan ceramah dari masji di bisa terdengar jelas. Apalagi kalau menjelang subuh, suara murotal dan azan itu bah "alarm" yang bisa membangunkan kita dari tidur. Kayak scane di film A Copy of My Mind gitulah.
Mulai Pindah ke Kost-an
Kost udah dibayar dan aku mulai packing barang malam itu juga. Terus langsung niat banget buat ‘manggil' Go-Clean atau semacamnya untuk bebersih kamar kost sebelum resmi aku tempatin. Tapi semua berubah ketika ternyata persiapan pindahan ke kost melebihi budget yang udah aku perhitungkan. Ya, akhirnya terpaksa bebersih kamar sendiri. Lumayan juga sih, itung-itung belajar mandiri yang dimulai dari bersihin kost sendiri. wkwkw.
Aku mulai pindahan pas Hari Raya Idul Adha. Semua dimulai dari bawa 1 tas besar. Ya, pindahan sekaligus bebersih ini tentunya sendirian juga. Tapi Alhamdulillah sih, beberapa kali diantar adik buat mondar-mandir bawa barangnya. Tapi Cuma sebatas itu aja. Berhubung kostannya khusus cewek, aku jadi gak bisa minta tolong adik buat bantu beberes.
Awal bawa barang, aku juga udah mulai bebersih, terutama ngepel lantainya. Jumat-sabtu-minggu, dalam 3 hari berturut-turut aku pel sebagai awal untuk bersihan lantainya. Ya, kan kita gak tau berapa lama kamar ini kosong, dan kapan terakhir kali lantainya dipel. Walaupun, aku liat lantainya cukup bersih.
Membeli Barang-Barang yang dibutuhkan.
Hari pertama mulai pindahan aku gak mikirin beli ini-itu. Ya, aku mau belinya nyicil aja, satu-persatu. Tapi ternyata aku salah. Namanya sebuah kebutuhan, mau gak mau harus ada agar tidak menyusahkan kita. Ini nih yang ternyata menguras budget. wkwkw.
Awalnya cuma mikir cukup beli setrikaan aja. Ya, benda yang satu ini tentu sangat penting buat baju kerjaku yang nyaris semuanya gampang kusut. Kipas angin? Dispenser? Magic com? Gak usahlah, ya. Kurasa, aku gak terlalu membutuhkannya. Lagi pula, aku juga gak terlalu suka pake kipas angin.
Tapi pas mulai pindahan, aku baru sadar kalau di sini astaghfirullahalazim panasnya. Apalagi kalau tanpa kipas bisa 'mateng' nih. wkwk. Dan yang kemudian baru kutau, ternyata ketika matahari tenggelam, panas sinarnya itu tepat menyinari tembok kost-an. Pantes aja, kalau pulang kerja, hawa panasnya makin menggila. Kalau megang tembok itu terasa panas banget. Barang-barang yang mepet tembok pun ikutan anget atau panas gitu. Iya, bisa ngebayangin, kan? Wkkwkw
Akhirnya strikaan dan kipas angin pun harus dibeli sebelum aku benar-benar tinggal di sini. Lalu seminggu kemudian menyusul beli dispenser karena baru sadar kalau selalu butuh air panas untuk membuat minuman susu/teh atau sekedar minum air putih hangat.
Yang aku dapatkan di kamar kost cuma lemari, kasur, ember+gayung, sikat WC, keset dan sapu bekas penghuni lama. Ya, sisanya aku harus melengkapi barang-barang yang aku butuhkan seperti hanger, alat makan, galon, pel-an, bantal guling, terminal listrik, dll. Sisanya bawa barang milikku yang udah ada di rumah seperti handuk, selimut, pakaian, perlengkapan kerja, obat-obatan, dan lainnya.
Karena gak dapat set sprei dan hordeng, dari rumah aku membawa set sprei no 1 yang pinggirannya sobek (yang udah lama gak dipakai). Lalu aku gunting-gunting lagi, jadiin sprei buat kasur no 3, dan sisanya aku jadiin hordeng. Lumayankan, jadi meminimalisir buget yang udah mepet banget. wkwkw.
Memulai Jadi Anak Kost
Satu per satu apa yang aku butuhkan di kost-an mulai terpenuhi. Ini yang benar-benar pokok dan memang dibutuhkan lho, ya. Karena dari awal juga aku gak mau banyak-banyak beli barang atau menumpuk barang di kost-an.
Hari-hari setelah memulai jadi anak kost, ternyata ada banyak hal yang belum, bahkan lupa aku persiapkan. Tapi alhamdulillah ada yang ingetin dan mau membantu walau tidak dari jarak yang dekat. *uhuk.
Mulai pindahan dan ngekost bagiku tentu gak benar-benar mudah. Tapi, ya aku percaya semua akan tetap baik-baik saja kalau kita mau benar-benar menjalaninya. Mempersiapkan 'pikirkan' juga supaya jangan terlalu banyak memikirkan hal buruk yang belum tentu terjadi di depan. Segalanya memang harus dipersiapkan, tapi jangan selalu terpaku dengan rasa takutnya.
Ngekost udah 2 bulan lebih, lalu gimana rasanya jadi anak kost-an, padahal sejak lahir tinggal bersama orangtua dan keluarga?
Oke, tunggu ceritanya di postingan selanjutnya, yak!
Ini pindahannya dalam rangka apa, Nuy? Btw, untuk kosan di daerah Jaksel yang terkenal mahal banget, ini 800.000 per bulan jadi kayak anomali gitu ya. Hahaha
ReplyDeletePindahannya dalam rangka satu dan hal lainnya. wkwkw
DeleteIya nih. Pokoknya dapet 800rb itu udah alhamdulillah banget, walaupun sebenarnya masih mau yang lebih murah sih. Haha